Rabu, 03 Desember 2014

prinsip dasar mengajar


PRINSIP DASAR MENGAJAR
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Abdul Wahib




Disusun Oleh :

Alina Aunun Faiqoh               (123911021)
Alfi Hidayah                           (123911030)
Azimatus Syarifah                  (123911039)   
Dwi Mahmudah                      (123911043)   
Fuani Tikawati Maghfiroh      (123911048)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I.              PENDAHULUAN
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar mendorong peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap, ide dan apresiasi yang mengarah kepada perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan mebimbing siswa. Dalam hal ini kegiatan nyata yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar.

II.           RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dari Mengajar?
B.     Bagaimana konsep dasar Belajar-Mengajar?
C.     Apa saja prinsip-prinsip dalam Mengajar?
D.    Apa saja model-model dalam Mengajar?
E.     Apa saja faktor yang memengaruhi keberhasilan Mengajar?

III.        PEMBAHASAN
A.    Pengetian mengajar
Menurut Dr. Harold Benyamin : ‘’Teaching is the process of arranging conditions under which the learning changes his ways consiously in the direction of his own goals” (mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri).
Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA : Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertama bisa diberi batasan sebagai berikut:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
Secara global mengajar bisa dibedakan menjadi:


a.       Mengajar menurut paham dulu
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/ fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/ pasif.
b.      Mengajar menurut paham baru :
Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.[1]
Sedangkan Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa  kini membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian :
1.      Pengertian kuantitatif yaitu menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan
2.      Pengertian institusional yaitu menyangkut kelembagaan atau sekolah
3.      Pengertian kualitatif yaitu menyangkut mutu  hasil yang ideal.[2]

 Mengajar yang dalam bahasa inggrisnya disebut teaching, dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitif pada peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik.
Dengan demikian mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran.[3]

B.     Konsep dasar Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh lembaga tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas institusional itu, guru menempatkan kedudukan sebagai figur sentral.
Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, serta di tangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karier para siswa yang menjadi tumpuan harapan para orang tuanya. Dan agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar:
1.    Siswa, yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.
2.    Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar-mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa yang seyogianya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur).
3.    Guru, selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
Secara skematik interrelasi antara ketiga komponen dasar itu dalam model proses belajar-mengajar yang elementer, dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru
                                                   
mengajar
Siswa
Belajar
Tujuan
Rencana
Evaluasi
 








Berdasarkan gambar skematik di atas, maka kita dapat membuat suatu definisi tentatif sebagai dasar pegangan dalam rangka memahami proses belajar mengajar, ialah sebagai berikut: proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.
Dengan definisi ini hendaknya kita pahamkan bahwa terjadinya perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru tidak berlangsung dari satu arah (one way system) melainkan terjadinya searah timbal balik (interaktif, two way traffic system) di mana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (frame work) dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of reference) yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi (belajar pada pihak siswa, mengajar pada pihak guru) merupakan titik temu dan bersifat mengikat serta mengarahkan aktivitas dari kedua belah pihak.
Guru dapat dikatakan mengajarnya berhasil kalau perubahan yang diharapkannya, terjadi pada perilaku dan pribadi siswanya. Begitu pula dengan siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia telah mengalami perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan pribadinya seperti yang diharapkan gurunya dan siswa sendiri.  
Dalam konteks PBM ini, terutama dalam kaitannya dengan tiga komponen yang utama ini, minimal ada tiga hal yang hendaknya dipahami oleh guru yaitu tentang:
a.    Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b.    Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar-mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
c.    Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannya, dari beberapa model strategi belajar-mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat digunakan untuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya.[4]

C.     Prinsip-prinsip dalam mengajar
Menurut Slameto (2010:35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni :
1.      Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

2.      Aktivitas
Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.


3.      Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.
4.      Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.
5.      Repetisi
Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.
6.      Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
7.      Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Dengan demikian siswa dapat melihat hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat dan utuh.
8.      Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah.
9.      Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program individual. Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang dapat melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.
10.  Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.[5]

D.    Model-model mengajar
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardhif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1. Model Information Processing (tahapan pengolahan informasi)
Information processing sebagai sebuah model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
Model ini menjelaskan cara individu memberikan respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. [6]
2. Model Personal (pengembangan pribadi)
Merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan pada proses pengembangan kepribadian individu peserta didik dengan memerhatikan kehidupan emosional.[7]
Proses pendidikan diusahakan untuk memungkinkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab dan kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. [8]
3. Model Behavioral (pengembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan.
4.Model Sosial (hubungan bermasyarakat)
Adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karenanya, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive model (model yang bersifat hubungan antar-individu).
Model sosial menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap peserta didik yang kreatif, bertanggung jawab dan demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam reallitas sosial.[9]

E.     Faktor yang memengaruhi keberhasilan mengajar
Terdapat sejumlah faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan dalam kegiatan mengajar. Sejumlah faktor tersebut dapat dikemukakan sebegai berikut :
1.      Faktor tujuan
Tujuan adalah pedoman dan sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar dan mengajar. Langkah dan kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan pasti apabila terdapat tujuan yang akan dicapai dengan jelas dan tegas.
2.      Faktor Guru
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, menggerakkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Kemampuan guru dalam melakukan bimbingan, arahan dan pembinaan dalam kegiatan belajar mengajar amat memengaruhi terhadap kegiatan mengajar.
3.      Faktor anak didik
Anak didik atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri.
4.      Faktor kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik, dan gaya sebagai perantaranya.
5.      Faktor bahan dan alat evaluasi.
Bahan evaluasi adalah materi yang akan diujikan oleh guru kepada peserta didik yang didasarkan pada apa yang telah diajarkannya. Sedangkan alat evaluasi adalah item-item pertanyaan yang telah dirumuskan dengan berpedoman kepada teknik dan model yang telah disepakati.
6.      Faktor suasana evaluasi
Keberhasilan kegiatan mengajar juga dipengaruhi oleh faktor suasana evaluasi. Suasana kelas yang aman, tertib, bersih, sejuk, tidak terlalu berdempetan dan tidak terlalu sesak akan berbeda dengan suasana kelas yang tidak aman, kotor, panas, akan memengaruhi hasil belajar.[10]

IV.        KESIMPULAN
Mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto prinsip mengajar ada 10 yaitu Perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, evaluasi.
Menurut Tardhif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
2. Model personal (pengembangan pribadi)
3. Model behavioral (pengembangan perilaku)
4. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Faktor yang memengaruhi keberhasilan mengajar yaitu  tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi, suasana evaluasi.



V.           PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan demi kebaikan makalah ini dan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



[1]  Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO 2008), Hal 91-92
[2] Muhibbin syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya 2011) hal 180
[3] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: kencana 2011), hal 175
[4] Abin, Syamsuddin, Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 154-157 

[5] Slameto,  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta ,2010).

[6] Lukmanul Hakim, perencanaan pembelajaran seri pembelajarn efektif, (Bandung: Wacana Prima 2008) hal 50
[7] Abdul, mujib, kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada 2006) hal 14-15
[8] E.Mulyasa, manajemen berbasis sekolah: konsep, strategi dan implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007) hal 2
[9] Syaiful Sagala, problematika belajar dan mengajar, (Bandung: Alfabeta 2010) hal 175
[10] Abuddin Nata, perspektif islam tentang strategi pembelajaran, (Jakarta: kencana 2011), hal 314-318






DAFTAR PUSTAKA

E.Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi Dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hakim, Lukmanul, 2008, Perencanaan Pembelajaran Seri Pembelajaran Efektif, Bandung: Wacana Prima.
Makmun, Abin, Syamsuddin, 2012, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo persada.
                Mustaqim,2008, Psikologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO.
Nata, Abuddin, 2011,  Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: kencana.
Sagala, Syaiful, 2010,  Problematika Belajar Dan Mengajar, Bandung: Alfabeta.
Slameto,2010,  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: PT Rineka Cipta
Syah, Muhibbin, 2011, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT  Remaja Rosdakarya.



3 komentar: