PRINSIP DASAR MENGAJAR
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Abdul Wahib

Disusun Oleh :
Alina Aunun
Faiqoh (123911021)
Alfi Hidayah (123911030)
Azimatus Syarifah (123911039)
Dwi Mahmudah (123911043)
Fuani Tikawati Maghfiroh (123911048)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Mengajar
merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai
pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Mengajar pada hakikatnya
tidak lebih dari sekedar mendorong peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
ketrampilan, sikap, ide dan apresiasi yang mengarah kepada perubahan tingkah
laku dan perkembangan peserta didik.
Tugas dan
tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk
mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru
berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian
membantu dan mebimbing siswa. Dalam hal ini kegiatan nyata yang paling utama
dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa
pengertian dari Mengajar?
B.
Bagaimana
konsep dasar Belajar-Mengajar?
C.
Apa
saja prinsip-prinsip dalam Mengajar?
D.
Apa
saja model-model dalam Mengajar?
E.
Apa
saja faktor yang memengaruhi keberhasilan Mengajar?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengetian
mengajar
Menurut Dr. Harold Benyamin : ‘’Teaching is the process of
arranging conditions under which the learning changes his ways consiously in
the direction of his own goals” (mengajar adalah suatu proses pengaturan
kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah
tujuan-tujuan sendiri).
Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA : Mengajar ada yang bersifat
teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertama bisa diberi batasan
sebagai berikut:
Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
Secara
global mengajar bisa dibedakan menjadi:
a.
Mengajar
menurut paham dulu
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/
fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/ pasif.
b.
Mengajar
menurut paham baru :
Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan,
materi, metode, dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.[1]
Sedangkan
Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini membagi konsep mengajar dalam tiga macam
pengertian :
1.
Pengertian
kuantitatif yaitu menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan
2.
Pengertian
institusional yaitu menyangkut kelembagaan atau sekolah
3.
Pengertian
kualitatif yaitu menyangkut mutu hasil
yang ideal.[2]
Mengajar yang dalam bahasa
inggrisnya disebut teaching, dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan
kognitif pada peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan sesuatu
dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik.
Dengan demikian mengajar lebih merupakan alat dalam rangka
memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan
kokoh antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang
dihasilkan melalui kegiatan pembelajaran.[3]
B.
Konsep
dasar Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang
paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh lembaga
tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas institusional itu, guru
menempatkan kedudukan sebagai figur sentral.
Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, serta di tangan mereka pulalah
bergantungnya masa depan karier para siswa yang menjadi tumpuan harapan para
orang tuanya. Dan agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang berkaitan dengan
proses belajar-mengajar:
1.
Siswa,
yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai
kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan
yang dijalaninya.
2.
Tujuan
(ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan
belajar-mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau
kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam
perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa yang seyogianya
diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang berencana dan dapat
dievaluasi (terukur).
3.
Guru,
selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga
memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences)
pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources)
dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy)
yang tepat (appropriate).
Secara skematik interrelasi antara ketiga komponen dasar itu dalam
model proses belajar-mengajar yang elementer, dapat digambarkan sebagai
berikut.
Guru
|
mengajar
|
Siswa
|
Belajar
|
Tujuan
|
Rencana
Evaluasi
|
Berdasarkan gambar skematik di atas, maka kita dapat membuat suatu
definisi tentatif sebagai dasar pegangan dalam rangka memahami proses belajar
mengajar, ialah sebagai berikut: proses belajar mengajar dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai
tujuannya.
Dengan definisi ini hendaknya kita pahamkan bahwa terjadinya
perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru tidak
berlangsung dari satu arah (one way system) melainkan terjadinya searah
timbal balik (interaktif, two way traffic system) di mana kedua pihak
berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (frame work)
dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of reference)
yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi (belajar pada
pihak siswa, mengajar pada pihak guru) merupakan titik temu dan bersifat
mengikat serta mengarahkan aktivitas dari kedua belah pihak.
Guru dapat dikatakan mengajarnya berhasil kalau perubahan yang
diharapkannya, terjadi pada perilaku dan pribadi siswanya. Begitu pula dengan
siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia telah mengalami
perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan
pribadinya seperti yang diharapkan gurunya dan siswa sendiri.
Dalam konteks PBM ini, terutama dalam kaitannya dengan tiga
komponen yang utama ini, minimal ada tiga hal yang hendaknya dipahami oleh guru
yaitu tentang:
a.
Hakikat
atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b.
Kriteria
dan cara merumuskan tujuan belajar-mengajar (instruksional) dalam bentuk yang
operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar
siswa yang secara langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau
diukur (measurable).
c.
Karakteristik
utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannya, dari beberapa model
strategi belajar-mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat digunakan untuk
memilihnya bagi keperluan penggunaannya.[4]
C.
Prinsip-prinsip
dalam mengajar
Menurut Slameto (2010:35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar
yakni :
1. Perhatian
Di
dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran
yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat
dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena
pengaruh pendidikan dan lingkungan.
2. Aktivitas
Dalam
proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.
3. Apersepsi
Setiap
guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian
siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya
dengan pelajaran yang akan diterimanya.
4. Peragaan
Waktu
guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli.
Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau
menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya.
Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran
yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam
jiwanya.
5. Repetisi
Bila
guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa
semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan
mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan
memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.
6. Korelasi
Guru
dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata
pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu
saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal,
dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
7. Konsentrasi
Hubungan
antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu
pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam.
Dengan demikian siswa dapat melihat hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya
saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat
dan utuh.
8. Sosialisasi
Dalam
perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping
sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu
siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama,
alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama.
Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam
memecahkan masalah.
9. Individualisasi
Siswa
merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan
khas, seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak
maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan,
sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami
perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai
dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan
perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program individual.
Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang
dapat melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.
10. Evaluasi
Semua
kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi
bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk
dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian
yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar.
Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa,
sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar.
Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil
rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri.
Dengan umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam
perencanaan maupun teknik penyajiannya.[5]
D.
Model-model
mengajar
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar
yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
pengajaran. Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif,
menurut Tardhif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan
Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1. Model Information Processing (tahapan pengolahan informasi)
1. Model Information Processing (tahapan pengolahan informasi)
Information processing sebagai sebuah model mengajar perlu
dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar
ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
Model ini menjelaskan cara individu memberikan respon yang datang
dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah,
membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta serta menggunakan
simbol-simbol verbal dan non verbal. [6]
2. Model
Personal (pengembangan pribadi)
Merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan pada proses
pengembangan kepribadian individu peserta didik dengan memerhatikan kehidupan
emosional.[7]
Proses pendidikan diusahakan untuk memungkinkan seseorang untuk
dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab dan kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. [8]
3. Model Behavioral
(pengembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa
atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar
mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya
perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan.
4.Model
Sosial (hubungan bermasyarakat)
Adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh
karenanya, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive model (model
yang bersifat hubungan antar-individu).
Model sosial menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta
didik agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha
membangun sikap peserta didik yang kreatif, bertanggung jawab dan demokratis
dengan menghargai setiap perbedaan dalam reallitas sosial.[9]
E.
Faktor
yang memengaruhi keberhasilan mengajar
Terdapat sejumlah faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan dalam
kegiatan mengajar. Sejumlah faktor tersebut dapat dikemukakan sebegai berikut :
1.
Faktor
tujuan
Tujuan adalah pedoman dan sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Langkah dan kegiatan proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan pasti apabila terdapat tujuan yang akan dicapai dengan
jelas dan tegas.
2.
Faktor
Guru
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,
menggerakkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada upaya
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Kemampuan
guru dalam melakukan bimbingan, arahan dan pembinaan dalam kegiatan belajar
mengajar amat memengaruhi terhadap kegiatan mengajar.
3.
Faktor
anak didik
Anak didik atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus
diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu
pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia,
dan mandiri.
4.
Faktor
kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan
anak didik dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik, dan gaya
sebagai perantaranya.
5.
Faktor
bahan dan alat evaluasi.
Bahan evaluasi adalah materi yang akan diujikan oleh guru kepada
peserta didik yang didasarkan pada apa yang telah diajarkannya. Sedangkan alat
evaluasi adalah item-item pertanyaan yang telah dirumuskan dengan berpedoman
kepada teknik dan model yang telah disepakati.
6.
Faktor
suasana evaluasi
Keberhasilan kegiatan mengajar juga dipengaruhi oleh faktor suasana
evaluasi. Suasana kelas yang aman, tertib, bersih, sejuk, tidak terlalu
berdempetan dan tidak terlalu sesak akan berbeda dengan suasana kelas yang
tidak aman, kotor, panas, akan memengaruhi hasil belajar.[10]
IV.
KESIMPULAN
Mengajar lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta
menumbuhkan penghayatan dan pengamalan yang benar, dan kokoh antara lain harus
disertai dengan pemahaman dan wawasan yang benar yang dihasilkan melalui
kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto prinsip mengajar ada 10 yaitu Perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan,
repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, evaluasi.
Menurut Tardhif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh
Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
2. Model personal
(pengembangan pribadi)
3. Model behavioral (pengembangan perilaku)
4. Model
sosial (hubungan bermasyarakat)
Faktor yang memengaruhi keberhasilan mengajar yaitu
tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi,
suasana evaluasi.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami susun, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan demi
kebaikan makalah ini dan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
[1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan,
(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO 2008), Hal 91-92
[2] Muhibbin syah, Psikologi pendidikan
dengan pendekatan baru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2011) hal
180
[3] Abuddin Nata, Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: kencana 2011), hal 175
[4] Abin, Syamsuddin, Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 154-157
[6] Lukmanul Hakim, perencanaan pembelajaran seri pembelajarn
efektif, (Bandung: Wacana Prima 2008) hal 50
[7] Abdul, mujib, kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta:
Raja Grafindo persada 2006) hal 14-15
[8] E.Mulyasa, manajemen berbasis sekolah: konsep,
strategi dan implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007) hal 2
[9] Syaiful Sagala, problematika belajar dan mengajar, (Bandung:
Alfabeta 2010) hal 175
[10] Abuddin Nata, perspektif islam tentang strategi
pembelajaran, (Jakarta: kencana 2011), hal 314-318
DAFTAR PUSTAKA
E.Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi
Dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hakim, Lukmanul, 2008, Perencanaan Pembelajaran Seri Pembelajaran
Efektif, Bandung: Wacana Prima.
Makmun, Abin, Syamsuddin, 2012, Psikologi Kependidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta:
Raja Grafindo persada.
Mustaqim,2008, Psikologi Pendidikan, Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN WALISONGO.
Nata, Abuddin, 2011, Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: kencana.
Sagala, Syaiful, 2010, Problematika
Belajar Dan Mengajar, Bandung: Alfabeta.
Slameto,2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya Jakarta: PT Rineka Cipta
Syah, Muhibbin, 2011, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
saya juga dapat tugas makalah itu mbak ...
BalasHapusmohon ijin saya copi mbak khoirun Nisa',semoga tambah barokah manfaat berbagi ilmunya.
BalasHapusassalamu'alaikum Wr wb.Nyuwun ijin dounlod makalahe sampyan mbak.
BalasHapus