Jumat, 07 November 2014

langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah



LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
I.           PENDAHULUAN
Setiap penulis memiliki langkah-langkah tersendiri dalam mengekspresikan pemikiran mereka ke dalam bentuk karya tulis atau karangan. Namun tidak semua karya tulis di sini dinamakan karya ilmiah, sebab tidak semua proses berpikir adalah berpikir ilmiah. Karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut aturan dan kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Secara umum dapat dibedakan dua pola pikir, yakni berpikir deduktif dan berpikir induktif. Berpikir ilmiah berarti menggabungkan keduanya, berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Karya ilmiah merupakan suatu karya atau tulisan yang berasal dari hasil pengamatan, penelitian, dan pemikiran seseorang yang ditulis secara sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk itu, karya ilmiah harus ditulis secara akurat berdasarkan kebenaran dari fakta yang objektif.
Langkah-langkah umum menyusun karya tulis ilmiah itu sendiri adalah penguatan mental untuk mengaranng, menentukan topik, mengabstraksi ide-ide dasar yang dituangkan dalam bentuk garis-garis besar, memformulasi isu-isu yang paling menggugah rasa ingin tahu pembaca, mengkaji teori, menggali data lapangan, mengolah data,  serta menarik kesimpulan dari penelitian yang kita lakukan.
Dengan uraian berikut, diharapkan penulis tidak bingung harus memulai dari mana dan bagaimana langkah-langkah penulisan karya ilmiah selanjutnya.

II.         RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana cara mempersiapkan ide dasar karya tulis ilmiah?
B.    Bagaimana cara merumuskan masalah?
C.    Bagaimana cara mengkaji teori?
D.    Bagaimana cara menggali data lapangan?
E.     Bagaimana cara mengolah data?
F.     Bagaimana cara menarik kesimpulan?

III.       PEMBAHASAN
A.       Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah
Tulisan bisa lahir karena adanya ide. Ide dapat diperoleh melalui berbagai cara. Kita bisa mendapatkan ide melalui mata dengan cara mengamati dan melihat. Telinga dapat digunakan untuk mendengarkan sesuatu yang nantinya dapat menjadi ide. Demikian pula ketika kita merenung dan berpikir nanti akan memunculkan ide. Ide yang baik diharapkan menjadi tulisan yang baik.
Untuk itu, perlu diketahui kriteria ide yang dapat menjadikan tulisan yang baik. Kriteria tersebut adalah:
1.     Ide itu bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Ide yang bermanfaat itu antara lain mampu memberikan pencerahan kepada sebagian besar masyarakat dan syukur bisa menjadi solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat.
2.     Objek yang ditulis itu benar-benar dikuasai penulis. Penguasaan materi seseorang pada bidang tertentu dapat diketahui pada kedalaman dan ketajaman analisis yang ditulis.
3.     Ide yang akan dituangkan dalam tulisan itu memiliki kelebihan dari tulisan lain meskipun tema dan objeknya sama. Kelebihan-kelebihan itu bisa dalam gaya bahasa, system penulisan, format buku, cara pengungkapan ide, ketenaran nama, dan lain-lain.
4.     Gagasan itu merupakan sesuatu yang aktual. Aktualitas naskah tulisan juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi penulis. Untuk itu, disini penulis harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan fenomena masyarakat dari hari ke hari.
5.     Penulis memiliki kemauan dan kemampuan. Kemauan merupakan modal utama bagi seseorang untuk melakukan kegiatan tulis menulis. Selain kemauan, untuk menulis buku diperlukan kemampuan. Kemampuan menulis disini tidak berarti bahwa menulis itu bakat. Sebab bakat itu sendiri baru diketahui apabila seseorang berani mencoba dan berlatih terus menerus. Maka bisa dikatakan bahwa menulis itu “bisa karena biasa”.[1]
Untuk memulai sebuah tulisan ilmiah, kita memerlukan sebuah ide, topik, dan judul sebagai pokok bahasan yang membatasi fokus tulisan kita. Batasan bahasan diperlukan agar kita dapat fokus pada suatu topik tertentu saja. Dengan begitu kita akan dapat menyajikan pembahasan yang padat, tetapi berisi, singkat, namun tajam, spesifik, tetapi berkualitas.[2]

B.    Merumuskan Masalah
Sebelum merumuskan masalah ada beberapa langkah yang harus ditempuh ada tiga, yaitu:
1.     Identifikasi masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasina, memilihnya, dan merumuskannya. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah adalah:
a.      Bacaan
b.     Seminar, diskusi, pertemuan ilmiah
c.      Pengamatan spintas
d.     Pengalaman pribadi
e.      Perasaan intuitif
2.     Pemilihan masalah
Setelah masalah di identifikasi belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya, dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti. Pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu: dari arah masalahnya dan dari arah si calon peneliti.
3.     Perumusan masalah
Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Tidak ada aturan umum mengenai cara merusmuskan masalah itu, namun disarankanhal-hal berikut ini:
a.      Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya.
b.     Rumusan itu hendaklah padat dan jelas.
c.      Rumusan itu hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.[3]
Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya pintar menulis karangan ilmiah memaparkan cara menemukan masalah yang akan dikaji dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1.     Kita dapat melihat hasil kesimpulan dan rekomendasi hasil tulisan atau riset yang pernah dilakukan oleh orang lain.
2.     Kita dapat menemukan masalah dengan cara membaca teori yang berkaitan dengan topik yang akan dikaji.
3.     Teknik lain ialah dengan melihat masalah yang sudah dikaji oleh orang lain[4].
Agar kita data menrumuskan masalah dengan baik maka ada beberapa cara untuk dipelajari diantanya sebaggai berikut :
a)     Tulis judul masalah: judul ini hendaknya cukup singkat tetapi mencakup inti masalah pokok.
b)     Tulis  alasan dan tujuan mengapa kita memilih untuk memcahkan masalah itu.
c)     Perkataan-perkataan inti atau istilah- istilah pokok yang terdapat didalam judul masalh perlu kita berikan perumusannya agar tidak terdapa kesimpang siuran tentang kesimpangsiuran tentang pengertian-pengertian tersebut
d)     Cantumkan pokok pikiran kita yang menjadi landasan atau yang dijadikan titik tolak dalam mendkati masalah itu.[5]


Setelah kita memahami konteks lingkungan masalah yang akan dikaji, selanjutnya adalah proses spesifikasi masalah. Untuk melakukan proses spesifikasi masalah, dapat dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian menuju komponen-komponen yang lebih spesifik.
Masalah umum: Kita ingin mengkaji masalah produk HP Nokia Communicator. Komponen-komponen yang spesifik, antara lain masalah fitur, harga, kualitas, target pasar, layanan purna jual, dan lainnya. Oleh karena itu, rumusan masalah yang layak untuk diteliti adalah:
1)     Apa saja fitur-fitur baru yang terdapat dalam HP Nokia Communicator?
2)     Apakah kualitas produk menjadi pertimbangan utama bagi calon pembeli dari kalangan atas?
3)     Siapa saja target pasar untuk produk tersebut?
4)     Bagaimana agar produk tersebut mampu menarik minat konsumen di pasaran?[6]

C.    Mengkaji Teori
Teori dan hipotesa adalah dua pengertian yang terlebih dahulu harus dipahami sebaik-baiknya di dalam mempelajari dasar-dasar penelitian suatu karya ilmiah. Teori dibutuhkan sebagai pegangan-pegangan pokok secara umum, sedangkan hipotesa dibutuhkan sebagai penjelasan problematika yang dicarikan pemecahan.
Seorang ahli ilmu pengetahuan tidak hanya bertujuan menemukan fakta, tetapi menemukan prinsip-prinsip yang terletak dibalik fakta prinsip utama yang dicari ialah dalil, yakni generalisasi atau kesimpulan yang berlaku umum. Dengan dalil ini ahli tersebut melanjutkan penyelidikannya untuk meramalkan rangkaian peristiwa berikutnya. Tentu saja diperlukan sejumlah data untuk dipakai sebagai pertimbangan penyimpulan sebuah dalil. Akan tetapi sekumpulan data saja belum memberi jalan yang lapang pada penyelidik, karena data baru mempunyai arti dan guna bila tersusun dalam satu sistem pemikiran yang disebut teori.[7]

D.    Menggali Data Lapangan
Metode pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Macam-macam metode pengumpulan data antara lain:
1.     Metode angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar oertanyaan yang disusun secara sistematis kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali kepada pemiliknya. Dari bentuk isi angket dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a.      Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri kemudian alternative jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.
b.     Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat sepenuhnnya memberikan kebebasan pada responden untuk menjawab tentang keadaan yan dialami sendiri, tanpa ada alaternatif jawaban dari peneliti.
c.      Angket tak langsung tertutup. Bentuk angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggai atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping itu, alternative jawaban tela disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai untuk dipilih.
d.     Angket tak langsung terbuka. Bentuk angket dikondtruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternative jawaban sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.
2.     Metode wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden. Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
a.      Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden.
b.     Wawancara terarah. Wawancara terarah sedikit lebih formal dan sistematik bila dibandingkan dengan wawancara mendalam, etapi masih jauh tidak formal dan tidak sistematik bila dibndingkan dengan wawancara sistematik
3.     Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunkan panca indra sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Bentuk-bentuk obseervasi antara lain:
a.      Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan.
b.     Observasi berstruktur. Observasi berstruktur biasanya disebut juga denga pengamatan sistematik, dimana peneliti secara lebih leluasa dapat menentukan perilaku apa yang akan diamatipada awal kegiatan pengamatan, agar permasalahan dapat dipecahkan.
c.      Observasi tidak berstruktur. Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi, dengan demikian pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.[8]

E.    Mengolah Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating).
1.     Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data dilapangan. proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen penelitian yangtelah terjawab. Kemudian memeriksa satu persatu lembaran instrument pengumpulan data, kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.
2.     Pengkodean
Pengkodean ini mengunakan dua cara, pengkodean frekuensi dan pengkodean lambang. Pengkodean frekuensi digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memilikibobot atau arti frekuensi tertentu. Sedangkan pengkodean lambang digunakan pada poin yang tidak memiliki bobot tetentu.
3.     Tabulasi
Tabulasi adalah bagian terakhir daripengolahn data. Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Ada dua jenis tabel yang bisa dipakai dalam penelitian social, yaitu tabel data dan tabel kerja. Tabel data adalah tabel yang dipakai untuk mendiskripsikan data sehingga peneliti mudah untu memahami struktur dari sebuah data, sedangkan tabel kerja adalah tabel yang dipakai untuk manganalisis data yang tertuang dalam tabel.[9] 

F.     Menarik Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan tidaklah dibenarkan bila kita menarik sesuatu kesimpulan yang sebenarnya merupakan barang “baru”, yaitu dalam arti bahwa yang tadinya dibahas dalam penguraian lalu muncul sebagai kesimpulan, apalagi kesimpulan utama. Memang ada suatu kesempatan dimana penulis mengungkapkan tanggapan atau pendapatnya sendiri terhadap suatu yang dirumuskan, tetapi kita juga harus cermat dalam mengemukakan pendapat tersebut sebab banyak sedikitnya karangan itu mencerminkan hasil pemikiran dan kematangan penulis.
Untuk menulis bab kesimpulan ini, kita dapat memulai dengan lebih dahulu menguraikan secara garis besar problematik karangan dan membuat ikhtisar tentang segala yang kita uraikan. Kemudian barulah kita menghubungkan setiap kelompok data dengan problematik. Untuk pada kesimpilan tertentu. [10]
Bagian pokok yang merupakan pengarah kegiatan penelitian adalah perumusan problematika atau rumusan masalah. Di dalam problematika ini peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabnya  melalui kegiatan penelitian. Sehubungan dengan pertanyaan inilah maka peneliti mencoba mencari jawaban sementara yang disebut hipotesis. Sedangkan kesimpulan yang ditarik berdasarkan data yang telah dikumpulkan, adalah merupakan jawaban, benar-benar jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan hatinya.
Simpulan atau konklusi merupakan rangkuman dari ide-ide yang telah disajikan dalam semua tulisan. Simpulan atau konklusi ini merupakan pemikiran prespektif akhir penulis kepada pembaca.[11]

IV.       KESIMPULAN
Karya ilmiah merupakan suatu karya atau tulisan yang berasal dari hasil pengamatan, penelitian, dan pemikiran seseorang yang ditulis secara sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah, adalah sebagai berikut:
a.      Mempersiapkan ide dasar karya tulis ilmiah.
b.     Merumuskan masalah.
c.      Mengkaji teori.
d.     Menggali data lapangan.
e.      Mengolah data.
f.      Menarik kesimpulan.


V.         PENUTUP
Demikianlah makalah Langkah-langkah Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang kami susun. Semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Langkah-langkah Penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam mata kuliah Karya Tulis Ilmiah. Kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.



[1] Lasa Hs, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Ypgyakarta: Pinus Book Publisher, 2009), hal. 173-177.
[2] Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi Buku, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 47.
[3] Sumadi suryabrata. Metodologi Penelitian. ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998), hlm 60-65
[4] Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karangan Ilmiah. ( Yogyakaerta: C.V ANDI, 2010), hlm 5-6
[5] Winarno Surakhmad. PAPER, SKRIPSI, THESIS, DISERTASI. ( Bandung: TARSITO, 1996), hlm. 25
[6] Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karangan Ilmiah. ( Yogyakaerta: C.V ANDI, 2010), hlm. 7
[7]Winarno Surakhmad.. Pengantar Penelitian Ilmiah. (Bandung: CV Tarsito. 1990), hlm. 63
[8] Burhan Bungin. METODOLOGI PENELITIAN KUANTATIF. ( Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2009), hlm. 123-138.
[9] Burhan Bungin. METODOLOGI PENELITIAN KUANTATIF. ( Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2009), hlm. 164-168

[10] Winarno Surakhmad. PAPER, SKRIPSI, THESIS, DISERTASI. ( Bandung: TARSITO, 1996), hlm 41
[11] Sudarwan Danim, Karya Tulis Inovatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm. 38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar